Wednesday, November 21, 2012

Vietnam : Sapa Highland (4)

Sebelumnya .....Sapa Highland (3)

Black Hmong dengan anaknya
Bangun pagi, lumayan kaki gak terlalu sakit karena malam gosok gosok counterpain, biar hari ini tetep kuat trekking plus perjalanan nanti ke Halong bay dan city tour. Pagi2 males pengen banget keluar hotel, hunting foto, tapi dinginnya itu gak nahan, akhirnya cuma eksis di genteng hotel, tapi oke kok pemandangannya
Pemandangan dari atap hotel ke Fansipan

Hari ini sarapan Omelete.. duh neh roti gede banget.. Ya sudah deh grauk grauk makan saja, daripada nanti trekking pingsan. Hari ini kami trekking dengan orang yang berbeda, rasanya kali ini mereka kurang familiar, karena mereka pergi pun berempat dalam 1 gorup, dan bahasa Inggris mereka kurang bagus.
Rute hari ini 14 km, more 4 km than yesterday. Tavan, bamboo forest (the craziest forest, I ever walk), Berbeda dengan kemarin hari ini kami menaiki mini bus terlebih dahulu, dan setiap tempat yang bagus, kami dipersilahkan oleh tour guide (tapi kali ini tour guidenya tetap sama) dan mengambil foto, di setiap best photo shot pasti ada suku Hmong mencari kesempatan menawarkan barang jajaan mereka.
Ketika tour guide melihat saya dan teman saya, ia bertanya kenapa memakai sepatu, dan tidak memakai sepatu bot.. rasanya aneh kemarin sepatu saya pas trekking hanya kotor sedikit, jadi saya rasa tidak perlu lah menyewa sepatu bot. (I know the answer after this  trekking day is done, why he asked like that to us)


Trekking second day
Oke kami semua turun dari minibus, lalu mulai menelusuri jalan.. yah cukup licin tapi masih bisa dilewati, hari ini kami melihat beberapa Red Hmong Lady ada di tempat trekking. Saya masih bingung untuk apa mereka mengikuti kami terus menerus, sedangkan kemarin mereka tidak mengikuti kami. Memang jalanan agak licin, mereka dengan sigap membantu, tapi saya menolak. Saya masih bisa menyeimbangkan badan saya. Kami memasukki rumah black Hmong, karena yang 1 grup dengan kami belum pernah masuk. Rumah yang kali ini kami masukki hampir sama dengan kemarin, namun rumah ini lebih modern, mereka ada motor, parabola, tidak sesuram rumah yang kami masukki kemarin. Karena desa ini terdiri dari 2 suku Hmong yaitu Black Hmong dan Ylinh Hmong. Anak2 Hmong tidak suka bersekolah, walaupun sekolah sudah disediakan oleh pemerintah secara gratis, mereka tetap lebih suka berkeliaran di jalan, dan menjajakan barang dagangan mereka ke turis. Mereka hanya menjalani hidup untuk hari ini saja, tidak berpikir masa depan mereka (Ini yang dikatakan oleh tour guide kami)

Hmong lady yang sigap membantu turis2

Hmong ngumpul

Ini Red Hmong-yang baju biru tour guidenya

Tangan Hmong yang setiap hari terkena daun indigo

Kemudian kami juga dibawa ke rumah Ylinh Hmong, ternyata Ylinh lebih berpikiran maju, rumah mereka tertata dengan baik dan mereka menjadikan rumah mereka sebagai home stay untuk turis turis yang menginap, dan mereka mengambil keuntungan dari sana. Bentuk rumah mereka sama, tapi mereka memiliki jendela dan dapur yang terpisah menjadi sebuah bangunan sendiri yang menempel pada rumah induk. Baju suku Ylinh lebih mirip orang chinesse bahkan mukanya pun juga hampir sama. Mereka rata2 bisa menyekolahkan anak mereka ke kota. Ada yang menempel ijazah mereka di dinding rumah dekat altar, foto pernikahan dengan baju modern.

Lunch Time

Penampakan Roti jumbo
Masuk ke sebuah homestay, tour guide masak lagi buat kita, kira kira siang ini menunya apa ya?? Haduh roti bagel lagi.. dan ukurannya kali ini gak main main big size.. Lebih besar dari yang sarapan tadi pagi. Saya cuma makan setengahnya.. Duh enggak banget deh tadi pagi udah makan roti ini sama telor, masa makan siang menunya sama. Selesai makan, bule2 dalam grup kami itu protes ke tour guide, karena kualitas makan siang yang mereka dapat itu seharusnya menu untuk breakfast dan mereka sangat kecewa dengan membayar tour sehari USD 30, hanya dapat lunch roti saja. Pantas, pada saat kami makan mereka melihat kami bisa makan dengan santainya. Hahahahaaha




Bamboo Forest

Selesai makan, para Hmong itu kembali mengikuti kami lagi, duh nenek nenek itu staminanya superior banget sich.. hahahhahaha.. Sebelumnya kami sempat berpaspasan dengan group lain, mereka melihat sepatu kami yng masih bersih dan dia mengatakan diri dia sendiri Loser.. Weks.. Tapi jika dilihat dari perawakannya, bule tersebut sudah berumur, badannya pun lumayan gemuk. Untuk bisa trekking dengan rute seperti ini dia cukup hebat.
Jalan semakin kecil dan menyempit, hanya beberapa kali saja kami berhenti untuk mengambil foto, cukup sulit mengambil foto diri. Jalan mulai semakin curam dan slip. Melewati sungai kecil, masih oke, lumpur sedikit masih oke, dan jreng jreng jreng, kami harus menuruni bukit lumpur.. Saya tidak sempat potret2, karena uda mikir, ini turunnya gimana, kanan kiri lumpur semua. Tour guide turun terlebih dahulu untuk mencari tempat pijakan yang aman bagi peserta tour. Para Hmong juga membantu kita.Yang parah adalah salah satu teman saya dibantu oleh anak suku Hmong yang berumur sekitar 10 tahun, saya dan teman saya yang sudah turun tertawa "It's hurt your pride", duh kita turis-turis keliatan lemah banget. Asli tuh nenek nenek lincah habis di lumpur-lumpur yang very slipped.

Di Bamboo forest isinya banyakan "scream" dari peserta-perserta, para bule yang dikelompok saya itu sepertinya santai saja, sedangkan kami, olala....(Isinya jeritan dan rintihan karena jatuh) kebingungan mau berpinjak dimana, apalagi saya pake sepatu kets biasa tidak memakai sepatu bot. Sekali injak saja, sudah mengenai celana, dan sepatu tenggelam ke lumpur, beberapa kali jatuh dan celana jeans say pun sudah kotor. Saya sudah membuat tiur guide jatuh 2 kali karena pada saat saya slipped away, saya menarik dia dan dia ikut jatuh.. oooww.. Ternyata selama dia menjadi tour guide selama 2 tahun, saya orang pertama yang mebuat dia jatuh. Entah hal itu membuat saya bangga atau malu. Selama di bambbo forest, kami tidak berfoto, jaga kamera saja susah. Akhirnya saya tahu kenapa tour guide itu bertanya kenapa saya memakai sepatu kets untuk trekking kali ini. (T_T)
Foto dengan Hmong

Jalanan menuju Bamboo forest-jalanan masih layak
Bamboo Forest selesai sudah, kemudian kami membersihkan diri di aliran air terjun. Hal yang mengejutkan disana, salah satu teman saya jatuh dan hampir ikut arus dan jatuh ke air terjun. Duh gak bisa dibayangkan bagaimana kalau dia benar2 jatuh ke air terjun itu. Untung para Hmong dengan sigap menolong, kami yang melihat saja histeris, tapi temen saya yang jatuh itu biasa saja. Kemudian kami perpisah dengan para Hmong, dengan memberikan uang kepada mereka, dan mereka memberikan gelang kain kepada kami. Unfortunately salah satu teman kami tidak diberikan kalung, ternyata ada juga Hmong yang pelit, ada juga Hmong yang baik, bahkan salah satu teman saya sampai berpelukan ke Hmong Lady sebagai ungkapan terima kasihnya sudah menolong dia saat trekking. Bule bule sepertinya saweran ke bocah bocah Hmong, mereka dikerubutin oleh anak-anak Hmong. Entah mereka membeli barang dagangan mereka atau bagaimana, saya hanya melihat mereka mendapat gelang kain yang lumayan cukup banyak.
Last view after trekking
Kejadian lucu pas di mobil saat perjalanan pulang ke hotel. Teman saya mengendus (idung guguk juga neh) ada bau Hmong di dalam bus yang kita tumpangi, ternyata dari gelang kain yang kami dapat, ada bau Hmong yang cukup menusuk di gelang kain tersebut (bau badan suku Hmong yang terkenal gak doyan mandi). Kami tetap penasaran dan mengendus si bule yang mendapat cukup banyak aksesoris dari Hmong. Tapi tidak terdeteksi bau yang cukup menyegat dari mereka. Olala, salah satu teman saya bersuara, mungkin itu bau dari baju dia, karena tadi dia berpelukan dengan Hmong Lady.. Hahahahaha...

Last Time in Sapa 
Pemandangan kota Sapa sore Hari
Tidak terasa, hari ini hari terakhir di Sapa, kami kembali ke hotel sekitar pukul lima, lebih lama dibandingkan hari kemarin jam 2 sudah sampai di hotel, yah karena memang hari ini rutenya 14 km lebih 4 km dibandingkan kemarin. Kami mandi tidak lagi di hotel tapi di kantor travel mereka yang berdekatan di bawah hotel Fansipan. Jadi grup mereka memiliki 4 hotel, salah satunya hotel Fansipan ini. Tepat di depan kantor travel ini, terlihat gereja Sapa, dan para Hmong masih berjualan di tengah-tengah lapangan besar. Cuma sayang sekali kami tidak sempat kesana, melihat lihat barang dagangan mereka. Kemudian kami makan malam di resto hotel. Kali ini kami makan cukup lahap tidak seperti kemarin, kami makan dengan lahap, karena makan siang tadi hanya roti dan telor setengah.
St. Lao Chai tampak luar

Kami kemudian balik ke kantor travel menunggu di pick kembali ke stasiun Lao Chai. Perjalanan dari kota Sapa ke Lao chai terasa sungguh lama, jalanan yang tidak jelas, belokan2 yang cukup tajam, mau tidur tapi mual sekali, sopirnya teleponan sambil nyetir.. hadoh takut nyemplung ke jurang, mana jalanan gelap banget, gak kayak di puncak, kanan kiri lampu restoran pinggir jalan. Sampai di Lao Chai temen saya tidak tahan langsung muntah, saya menahan muntah, karena takut muntah di bis, nanti disuruh ngepel gimana?? Ujung2nya saya muntah juga di WC stasiun, WC yang cukup terbuka karena beberapa tidak ada pintu. Jadi WC jongkok dan membelakangi tempat jalan, untung saat itu tidak ada orang, gak bisa dibayangkan jika ada yang sedang membuang "something" bisa makin menggila "buangan" saya.

Oke, kami menunggu di ruang tunggu dengan muka pede tapi dalam hati plenga plongo, gak jelas mau naik kereta yang mana, cuma pegang tiket saja. Kami bertemu juga dengan "ai Malaysia" yang saat kami pergi dia tidur sekabin dengan teman kami. "Ting Tong Ting Tong.. !@#$%^&&**+(*#$%"  Apaan nih?? kereta udah dateng.. cepet2 kita ngacir ke pintu perbatasan untuk masuk ke jalur kereta, tapi oleh petugas kami tidak diperbolehkan masuk, petugas tersebut ngoceh2 menjelaskan, kami bingung. Takut ketinggalan kereta, akhirnya kami menerobos masuk (Nekat!!) kemudian kami mencari gerbong kami " Orient Trans", lah kok ga ada, nih kereta2 VIP yang datang dan first class (Turis miskin, pesen yang murah), waduh ternyata benar kereta kami belum datang. Ternyata setelah balik ke ruang tunggu ada papan manualnya kalau kereta yang datang itu kodenya apa, dan gerbong berapa. Ternyata kami SP4 sedangkan kereta yang datang adalah SP2. Olalala... Beberapa bule juga ikut tersesat seperti grup kami.
Setelah menunjukkan tiket hijau tadi, dapet yang karcis kereta ini

Tiket dari Hotel-bukti booking

Tips :
  1. Lebih Baik memakai sepatu bot or sendal trekking, supaya lebih aman
  2. Minum antimo, supaya gak tewas seperti saya pas turun gunung
  3. Di stasiun Lao Chai, kereta yang datang ada kode dan nomor gerbong di papan pengumuman depan pintu, jadi kita bisa tau kereta mana yang datang
To be Continue Vietnam : Halong Bay - Goes to one of new seven wonder of Nature

2 comments:

Followers