Wednesday, October 24, 2012

Vietnam : Sapa Highland (3)


Sapa Highland
Sebelumnya Vietnam : Hanoi First Impression (2)

Masih ngantuk banget, kereta masih bergerak menuju Sapa, jam menunjukkan pukul 05.00 pagi. Kita berempat memang sudah bangun dan membuka pintu kabin (Karena AC mati, semua jadi kepanasan, entah ini trik dari operator kereta supaya penumpang bangun atau memang ACnya udah "soak')
Datang seorang encim2 tanya mau kopi atau teh, saya yang masih goler2 di ranjang sontak terbangun mendengar ada "bahasa dewa" meluncur. Mengira ini layanan dari operator dan tidak bertanya lagi ini gratis atau tidak, langsung saja memesan (Ini kesalahan yang sangat fatal, lupa kalo di Vietnam banyak penipu) Sesudah kami minum, ternyata kami ditagih VND 150.000 untuk 3 kopi dan 1 teh hangat... hais sinting banget dan ternyata itu hanya kopi sachet yang harganya VND 1.800/sachet. Nyesek banget keluar uang VND 37.500, untung VND coba kalo IDR, mending ke cafe sekalian. Teman saya di kabin sebelah beruntung, tidak kena tipu karena dia ingin Hot chocolate tapi tidak ada


Turun dari kereta, ternyata gerimis, dan kami kebingungan karena dimanakah orang hotel yang menjemput kami, kami menunggu di pintu gerbang stasiun Lao Chai, tapi oleh penjaga kami harus terus bergerak ke luar supaya tidak menghalangi orang yang mau keluar dari stasiun. Waduh ternyata banyak sekali yang menjemput, berbeda pada saat di Noi Bai Airport, Hadeh kenapa tidak ada nama saya yang tertera. Kami celingak celinguk gak jelas. Tidak sengaja saya melihat nama saya di belakang lembaran pertama yang mereka pegang. Ternyata 1 orang memegang kira2 3-4 nama tamu.
 
Suasana dalam bus ke hotel
Oke kami semua naik bis, dan kemudian tamu2 diturunkan sesuai dengan hotel tempat mereka menginap. Jadi ceritanya nih hotel-hotel semua 1 group dan mereka menjadikan semua 1 bis. Perjalanan dari stasiun ke kota Sapa kira2 memakan waktu 2 jam, dan belokan2 tajam dan berliku membuat saya mual.

Hotel

Sampai di Fansipan View hotel sekitar jam 7 pagi, kami ngibrit ke kamar kecil karena sudah menahan dari kereta (karena pada saat kereta mau berhenti penumpang tidak diperbolehkan lagi masuk ke WC - kejamnya!!!). Kamar yang tersedia saat itu hanya ada 1, jadi sebagian dari kami breakfast dulu dan sebagian mandi. pemberitahuan dari hotel trekking dimulai jam 9.30. Overall hotel ini bagus, kami memesan kamar tripple jadi total 2 kamar. Tapi tidak ada Lift.... Lumayan lah kita geret2 tas 3 lantai. Jadi untuk menuju hotel ini, kami harus naik tangga dulu, hotel tidak langsung menghadap jalanan. Jadi hotel ini terbagi menjadi 2 bagian lt 1 menjadi restoran, lt 2 receptionis dan beberapa kamar hotel dan lt 3 ke atas kamar semua. Saya di lt 4 dan beberapa temen saya di lt 3
Pemandangan dari kamar hotel - lt 4
Sarapan : Pork Pho - salah satu pho yang enak
Kami memilih hotel ini setelah membaca review dari Trip Advisor, jadi pas kami booking hotel di Hanoi, kami juga sekalian mengarrange tour ke Sapa dengan memilih hotel ini. Harga paket yang kami dapat sekitar USD 130 sudah termasuk tiket kereta Orient PP, Hotel, makan B,L,D untuk 2 hari. Harga yang cukup masuk akal dan masih masuk di budget kami.

Berharap hujan reda, tapi nih hujan awet banget ya, sampai malampun masih hujan. Rasanya malas banget memakai rain coat sambil trekking. Beberapa teman saya tidak memakai alas aki yang memadai alias (High Heels) SENDAL.. Ketika orang hotel melihat teman saya hanya memakai sendal, mereka langsung melarang, dengan alasan safety first. Lebih baik memakai sepatu boat dengan menyewa USD 1/pasang sepatu. Agak kecewa ketika saya mendapati bahwa group tour kami ada 11 orang (5 orang lagi bule), karena ketika deal dengan hotel di Hanoi, mereka sudah make sure 1 group maks 7-8 orang. Ada plus minus juga, semakin banyak orang tentu Tour guidenya akan lebih banyak memantau orang, sehingga kadang2 kami ketinggalan info yang diberikan selama perjalanan. Nilai plusnya, ya semakin kenal banyak orang, berlatih kelancaran bahasa asing kita, dan mempromosikan Indonesia (Sok Gaya).

Pernah saya bertanya di forum, apa sih bedanya sawah di Sapa Vietnam dengan sawah2 terasering yang ada di Indonesia? Mereka hanya menjawab, dengan mendatanginya langsung kita akan tahu. Memang benar pemandangan di Sapa benar benar Loveable. Pemerintah disana tau bagaimana bisa menjual sesuatu untuk dijadikan Objek Wisata. Jadi istilahnya seperti kita ngopi di Starbucks dan Dunkin, ya kira2 itu penggambaran yang pas. "Its Experience!"
Sapa pagi hari - Gereja Sapa

Pasar di Sapa

Cobra Wine- hiiii
Trekking pertama, kami sudah dikerubutin kayak laler sama wanita suku Hmong.Saya sudah baca di blog2 kalau memang mereka akan mengikuti turis turis dan meminta mereka untuk membeli barang dagangan mereka. Namun ada hal yang masih belum saya mengerti kenapa mereka sangat bersyukur diikuti oleh nenek Hmong, nanti akan saya bahas disini Vietnam : Sapa Highland (4)

Trekking
Hari ini kami akan menempuh jarak 10 km. Pertama kami diajak melewati pasar, haduh rasanya gak penting banget, udah ujan gerimis, jalanan becek melewati jualan ikan dan ayam, ya gak beda dengan pasar di Indo, Tour guide menjelaskan bla bla.. gak jelas sambil mentranslate di otak bahasa Inggris yang diucapkan, dan terdengar orang yang berceloteh di pasar plus Hmong Lady yang menawarkan barang dagangan mereka. It's very complicated (X.X). Yang menarik perhatian saya adalah botol2 yang saya kira itu isinya obat herbal yang diisi gingseng atau sejenis akar-akaran.. dan hiiii ternyata isinya ular cobra.
Jadi Cobra wine itu minuman yang cukup terkenal di sana..(Baru tau... selama browsing gak dapet info tentang wine ini). Awal proses pembuatannya, dimulai dengan mengiris perut ular untuk membiarkan darah tersebut mengalir dalam anggur. Kandungan warna merah dalam anggur merupakan darah ular dan dipercaya ular memiliki kualitas obat dan memberikan banyak manfaat kesehatan. Bertani mencoba??
Sapa View - Menuju Cat cat village
Depan rumah makan di Sapa










Hujan masih saja mengguyur kami, udara semakin dingin. Setiap kali kami menghembuskan nafas, pasti ada uap yang keluar dari mulut kami... Wew ini lebih dingin dari puncak(Norak!!). Dimana mana berkeliaran Hmong lady, kemudian kami mulai terus menyusuri jalan dan memasuki cat cat village. Kebo-kebo banyak berseliweran sana sini, saya takut kena sabetan ekornya ataupun tiba2 itu kebo seruduk (Parno).
Bocah bocah berkeliaran dengan kumal, dan ehmmm bau.. Seperti sudah sebulan tidak mandi. Ternyata tour guide yang membawa kami sangat bersahabat dan care dengan peserta tournya. Tepat saat ada anggota dari group kami jatuh tergelincir dari tangga, karena licin terkena hujan. Tour guide tersebut dengan sigap menolong dan membersihkan luka. Jomblo'ers di grup saya pun salut pada dia, saya sambil memberi kode udah nikah, dah punya punya cincin di jari manisnya. Kami juga dibawa masuk ke tempat pembuatan ukir-ukiran batu dan juga gallery lukis.

Rumah suku Black Hmong

Memasuki cat cat village - daerah Black Hmong
Memasuki rumah suku Black Hmong, sangat gelap sekali, tidak ada foto yang bisa saya ambil disini. Tidak ada lampu yang dinyalakan, banyak asap yang ada di rumah ini berasal dari kayu bakar yang sedang digunakan untuk memasak air. Tour guide menjelaskan bahwa setiap suku minoritas di Sapa mempunyai ciri khas dan pemikiran yang berbeda antara 1 suku dengan suku yang lain. Di rumah suku Black Hmong Ini mempunyai 3 pintu, pintu masuk yang berada di kanan, pintu keluar di sebelah kiri sedangkan pintu yang ditengah hanya dibuka untuk perayaan. Tetapi kami semua masuk melalui pintu tengah, kata tour guidenya, berarti mereka sudah tidak terlalu memegang pada peraturan yang dahulu. Rumah Suku Hmong memiliki tingkat kedua yang diperuntukkan untuk tamu tamu yang datang menginap, karena tidak ada tamu yang menginap maka hanya digunakan sebagai gudang. Tepat ditengah rumah terdapat altar penyembahan ke nenek moyang. Dapur terdapat dekat pintu masuk dan dapur yang lebih besar terdapat di pintu keluar. Hanya ada penyekat untuk kamar saja yang berada di kanan dan kiri rumah. Kamar mandi pun menjadi satu dengan dapur.

Ada satu hal yang dipertunjukkan terhadap kami semua, yaitu segentong cairan berwarna biru pekat yang lengket, tour guide mengambil cairan tersebut dan mengoleskan ke tangan. Dia menjelaskan bahwa itu adalah cairan pewarna kain baju mereka yang mereka pakai sehari hari. Suku Hmong membuat pakaian mereka sendiri dan memberi warna sendiri juga. Jadi dapat kita lihat bahwa tangan dan badan mereka kehitam hitaman yang disebabkan oleh pewarna ini. Pewarna ini berasal dari daun "Indigo" yang mereka tanam. Untuk mendapatkan hasil warna yang sempurna, kain harus dicelup sebanyak 7 kali. Tour guide menjelaskan karena udara yang dingin, rata2 mereka jarang mandi, bahkan ada yang mandi hanya sebulan sekali (oow. pantas saya mencium bau yang tidak sedap tadi)

Watterfalls

Kemudian kami berjalan turun terus menuju ke lembah, disana ada air terjun, entahlah apa yang menjadi daya tariknya. Bule-bule sepertinya senang sekali, saya sendiri sebenarnya biasa saja, karena di Indonesia hal ini sudah banyak, hanya saja pemerintah Vietnam bisa mendesain sedemikian rupa sehingga mempunyai nilai jual. Di depan air terjun tersebut ada sebuah lapangan kecil yang kadang kadang digunakan untuk pertunjukan oleh suku Hmong. Di sebelahnya ada beberapa penjual makanan. Yang hebat meskipun di gunung, sinyal telepon itu sangat baik, sangat berbeda sekali dengan di indonesia yang ketika di gunung sinyal langsung hilang tak berbekas.

Jadwal pertunjukan di waterfalls
Perjalanan Pulang - Lunch

Setelah menuruni lembah ke waterfalls, kami kembali mendaki ke atas, hal ini yang membuat kami lumayan terengah-engah, udara dingin, tapi kami semua keringatan karena memakai jaket kemudian dilapisi rain coat lagi. Jadi serba salah, mau dibuka rain coatnya kehujanan, gak dibuka juga gerah.

Daun Indigo
Beberapa saat setelah dioleskan


Kami menyusuri jalan setapak, disana ditanam daun indigo, tour guide menawarkan siapa yang mau mencoba khasiat daun ini, teman saya mau, dan lumayan lama tour guide menggosoknya ke tangan teman saya (Mungkin dalam hatinya : rasakan...hahahahha) Setelah mengolesnya dia baru memberti tahu, bahwa warnanya baru bisa hilang dalam 2 hari ke depan, semakin banyak dan semakin banyak yang dioleskan bisa kira2 1 minggu baru hilang... wah Jebakan betmen nih namanya

Akhirnya kami istirahat di sebuah rumah sambil menikmati makan siang, disana juga ada group lain yang sedang makan siang. Ternyata tour guidenya merangkap tukang masak juga, wah di vietnam menjadi seorang pekerja harus multi talented ya, karena di hotel hanoi pun begitu, OB bisa menjadi ini itu. Makan siang pun datang lengkap dengan buah dan seperti biasa. Wajib Beli Minum-alias Muinum gak masuk dalam paket tour!!
Pho Ga - Pho yang paling ga enak selama di sana
Rasa makanannya tidak seenak yang kami makan di Hanoi maupun sarapan yang kami makan di hotel tadi pagi. Yah apa boleh buat, kami sudah lapar, dan makanan yang hangat2 memang jadi favorit pada saat udara dingin. Setelah makan kami semua diangkut pakai mini bus menuju kembali di hotel. Sampai hotel jam 14.30, kemudian kami beristirahat, dan jam 16.00 kami jalan kembali ke luar.

Penampakan tangan teman saya saat sore-efek daun indigo

Main di Sapa Town

Jarang sekali ada turis asia yang ke Sapa, entahlah mungkin mereka merasa di negaranya juga ada sawah. Kami hanya bermain di dekat gereja sapa, gereja tersebut sepi, tapi pintu depan gereja dipenuhi oleh Hmong Lady dengan pikulan dagangan mereka, Tapi tetep lah grup cewek cewek narsis, langsung cari spot di sekitar gereja dan langsung jeprat jepret. Di belakang gereja ada makan 2 orang pastur berkebangsaan asing. Karena udara yang dingin, kami pun tak tahan untuk tidak membeli makanan di samping gereja, ada barbeque jamur enoki, daging ayam, ubi2an dan beberapa daging yang tidak jelas, sulit sekali bertanya kepada mereka daging apa ini.. euhhh. Takut juga kami memakan daging anjing. Harganya cukup murah untuk 1 tusuk VND 15.000 (fifteen), ketika saya bertanya rata2 harganya memang 15.000, tapi ada 1 tusuk sate ayam yang bikin sakit hati VND 50.000, gara2 pengucapan mereka (fifteen dan fifty)... euhh masa 1 tusuk sate ayam pake tulang IDR 25.000

Foto samping gereja

Nih Chicken yang bikin empet

Jajanan pinggir jalan di sapa

Di depan gereja sapa ada taman, di tengah2nya itu ada miniatur pegunungan fansipan, awalnya saya hanya melihat bebatuan yang tidak jelas. Awalnya kami ingin mencari penjual spring roll, berhubung udara dingin yang terus berhembus, kami tidak tahan dan kembali pulang ke hotel, hahaha.. ujung2nya kami makan di restoran hotel...hadehhhh

"Jajan" di resto hotel
Review : Makanannya enak dari french friesnya digoreng pake garlic, kemudian unik juga pho digoreng pake sayur2 segambreng, mix spring Roll, sama pizza vege yang kulitnya tipis tapi rasanya lazis

Akhirnya kami kembali ke kamar dan sebagian mandi dan membereskan barang-barang. Jam 7 malam kami keluar lagi, karena ingin melihat misa di gereja, ternyata misa sudah dimulai, jemaat yang hadir pun lumayan, yang dibandingkan dengan gereja yang ada di Jakarta, mereka masih terhitung rajin untuk mengikuti misa sore hari. Saya baca di papan jadwal kalau misa ada pagi dan sore dan itu ada setiap hari. Yang kerennya, khotbahnya menggunakan bahasa Inggris, bukan bahasa lokal. Wow pantes nenek nenek Hmong jago ngomong bahasa Inggris walaupun terbatas hanya "What is Your Name?", "How old are you?", Where do you from?"

Ternyata disamping kanan gereja ada pasar yang menjual makanan,barang-barang dan accesories khas sapa. Dasar memang cewek cewek langsung rasa dingin hilang digantikan dengan rasa semangat tawar menawar. Untung saya membawa kalculator, jadi kami menujuk barang yang kami inginkan lalu tawar menawar memakai kalkulator. Barang yang saya temui disini rata2 ada di Dong Xuan Market hanoi, dan di Dong Xuan harganya pun lebih murah. Hanya boneka wanita saja yang tidak saya temukan di Dong Xuan Market.

Kalap berbelanja, tidak sadar waktu sudah mau jam 9 malam, sedangkan kami semua belum makan malam (ya iyalah, tadi sore ngemilnya berat banget, tapi emang dasar orang accounting gak mau rugi, masa makan malam gratis dilewatkan begitu saja). Kami berenam pun ngibrit balik, langsung ke restoran hotel.

Suasana Pasar di malam hari
Makanan yang disajikan pun sangat lumayan sekali, teman saya yang vegetarian pun mendapatkan  lauknya sendiri, tahu hot plate tapi sayang disajikan dengan bawang (saya juga baru tau, ada vegetarian tidak boleh makan bawang). Menu makan malamnya ada Potato and Ham soup, French fries (again), Sauted potato with vegetables (rasanya ajib sayuran tumis ma kentang goreng-again), grilled pork with Lemon grass (gak ngerti yang dimaksud lemon grass ini... teryata itu sereh/serai.. banyaknya gak kira2, jadi rada ilfill makan dagingnya), Fried Shrimp with sweet and sour sauce (ehm yang ini lumayan lah, udang asam manis) plus sayur dan buah. Minumannya gak gratis jadi harus pesen. Saya pesen ginger tea, enak ada ginger asli yang dimasukkan ke dalam tehnya.

Karena tadi udah "ngemil" berat jam 5 sore, hasilnya makanan susah payah banget ngabisinnya. Mana 2 orang yang vegetarian gak bisa makan juga karena semua makanan ada bawangnya. Haduh perjuangan banget malam itu ngabisin makanan (karena kami semua merasa tidak enak jika makanan tidak dihabiskan)

Penampakan sebagian makan malam
Kemudian kami kembali ke kamar dengan perut kenyang, udara semakin dingin, dan memang agak susah dalam keadaan yang sangat dingin untuk tidur, rasanya udara dingin tersebut masuk ke dalam bed cover, untung saja saya membawa kaus kaki cadangan.
Tips :
  1. Minum selalu bayar, bahkan di hotel yang di Sapa, minuman tidak ada yang disediakan di hotel, jadi kami mengsiasatinya dengan memasak air (ada ketel di kamar). Jadi yang perutnya bermasalah dengan air keran jangan coba-coba.
  2. Lebih baik menyewa sepatu bot daripada sepatu yang kita bawa itu mandi lumpur, karena setiap tempat trekking beberapa ada yang sangat licin
  3. Harga barang-barang yang ada di pasar seperti barang oleh-oleh lebih murah di Dong Xuan Market
  4. Bawalah kalkulator untuk menawar maupun menanyakan harga makanan. Karena pengucapan mereka yang tidak jelas bisa membawa malapetaka untuk kantong kita.
  5. Bawa kaus kaki cadangan untuk tidur, karena walaupun seharusnya belum memasuki musim dingin, dinginnya udah ajib. Lebih baik lagi membawa sarung tangan.
  6. Di Sapa setiap saat bisa hujan, lebih baik membawa rain coat yang nyaman.
  7. Jika kalian tidak mau membeli barang dagangan suku Hmong, lebih baik jangan terlalu banyak berbicara dengan mereka. Karena siapa yang tau apakah maksud dan tujuan seseorang.
To Be continued ......................Sapa Highland (4)


6 comments:

  1. Terimakasih banyak artikelny sangat menarik ,btw dari hanoi ke sapa itu berapa jam perjalanan ya sist ?

    ReplyDelete
    Replies
    1. kira2 setengat lima jam dengan jaraknya kurang lebih 275 km dari ibukota Ha Noi sampai kota Sapa

      Delete
    2. kira2 setengat lima jam dengan jaraknya kurang lebih 275 km dari ibukota Ha Noi sampai kota Sapa

      Delete
    3. KAMI SEKELUARGA TAK LUPA MENGUCAPKAN PUJI SYUKUR KEPADA ALLAH S,W,T
      dan terima kasih banyak kepada MBAH atas nomor yang MBAH
      beri 4 angka [5789] alhamdulillah ternyata itu benar2 tembus MBAH.
      dan alhamdulillah sekarang saya bisa melunasi semua utan2 saya yang
      ada sama tetangga.dan juga BANK BRI dan bukan hanya itu MBAH. insya
      allah saya akan coba untuk membuka usaha sendiri demi mencukupi
      kebutuhan keluarga saya sehari-hari itu semua berkat bantuan MBAH..
      sekali lagi makasih banyak ya MBAH… bagi saudara yang suka PASANG NOMOR
      yang ingin merubah nasib seperti saya silahkan hubungi MBAH BARATU,,di no (((082-188-077-422)))
      insya allah anda bisa seperti saya…menang NOMOR 670 JUTA , wassalam.

      Delete
  2. Terimakasih banyak artikelny sangat menarik ,btw dari hanoi ke sapa itu berapa jam perjalanan ya sist ?

    ReplyDelete
  3. Hi.. terima kasih atas responsnya..
    Daei hanoi ke sapa semalaman kami naik kereta. Dari hanoi jam sore sampai sapa jam 5 pagi

    ReplyDelete

Followers